Apa yang pertama kali kita lakukan ketika pertama kali membuat sebuah batik ?
Pertama kali yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan. Salah satu langkah perencanaan tersebut adalah membuat gambar pola atau gambar rencana. Dalam membuat gambar pola atau rencana ada beberapa cara diantaranya adalah :
1. Menjiplak
Menjiplak adalah pembuatan pola yang dilakukan dengan cara menduplikasi pola yang sudah ada. Penjiplakan dilakukan dalam rangka untuk memperbanyak desain motif ke atas kain yang akan dibuat batik. Jadi menjiplak dilakukan untuk memindahkan gambar rencana di atas kertas ke kain mori.
Langkah/ cara menjiplak adalah sebagai berikut :
a. Gambar pola diletakkan diatas meja.
b. Diatas gambar pola diletakkan kain mori yang akan dibuat batik.
(langkah ini hanya untuk membuat satu kali duplikasi/ jiplakan)
c. Mori dijepit/ dipaku agar tidak bergeser atau berubah posisi.
d. Pada permukaan mori digambar sesuai pola yang diterawang dengan menggunakan pensil. Pekerjaan ini biasanya disebut dengan mola.
e. Apabila akan melakukan lebih dari satu duplikasi maka pada setiap lembar mori diatasnya kita letakkan kertas karbon sesuai dengan jumlah mori yang akan diduplikasi, berikutnya pada tumpukan paling atas diletakkan gambar pola/ rencana dan digambar ulang pola tersebut dengan pensil sambil ditekan.
2. Mencontoh
Mencontoh adalah menduplikasi pola secara langsung dengan cara melihat pola yang sudah ada ke atas mori. Dengan demikian goresan satu batik dengan batik yang lain tidak sama dengan aslinya.
3. Merancang
Merancang sering disebut juga mendesain. Dalam membatik diperlukan desain. Bagaimana cara mendesain batik ? Berikut adalah cara mendesain batik secara sederhana ;
1. Tentukan bidang yang akan dihias.
2. Buatlah rancangan garis besar hiasan pokoknya.
3. Buatlah pola motif hiasan pokok.
4. Lengkapi pola pokok dengan motif-motif pelengkap.
5. Warnai pola sesuai yang diinginkan.
MEMBUAT POLA BATIK
Dalam membatik dibutuhkan keluwesan dan kecepatan membentuk suatu motif. Selain itu diperlukan daya cipta dan kreativitas dalam membuat gambar (pola) dengan canting di atas kertas atau kain. Dalam membuat pola batik, dikenal tiga tingkatan latihan, yaitu tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga. Tingkat Pertama yaitu melatih tangan mencapai keluwesan dan kecepatan membuat garis dan bentuk tertentu. Bentuk latihan dengan membuat garis dan bentuk dengan pensil di atas kertas. Tingkat Kedua yaitu melatih daya cipta atau kreativitas. Latihan yang dilakukan adalah membuat stilasi benda-benda yang ada di sekitar. Kemudian latihan di tingkatkan dengan menggambar benda-benda khayalan. Latihan berikutnya adalah menggabungkan unsur-unsur gambar dalam sebuah komposisi bidang. Tingkat ketiga dengan membuat gambar (pola) menggunakan canting di atas kain. Dalam membatik dibutuhkan pengalaman dan ketrampilan. Membuat pola ada tiga langkah yaitu membuat pola pokok, membuat motif isen, dan membuat motif pengisi bidang. A. Membuat Pola Pokok Di dalam membuat pola batik, langkah pertama adalah membuat pola pokok. Pada latihan ini kita mengambil contoh pola pokok motif hias kawung. Tebali titik-titik di bawah ini sehingga menjadi garis. Pada pola hias kawung di atas dihiasi dengan motif pengisi. Banyak variasi motif pengisi yang dapat dibuat. Kalian dapat membuat variasi sendiri untuk motif isen, atau motif pengisi bidang yang ada. B. Membuat Motif Pengisi Bidang dan Isen 1. Motif Pilin Berganda Lengkapilah bidang-bidang kosong pada gambar pola pokok motif pilin berganda di bawah ini dengan ragam hias pengisi bidang sesuai dengan kreasimu sendiri. 2. Motif Tumpal Lengkapilah bidang-bidang kosong pada gambar pola pokok motif tumpal dibawah ini dengan ragam hias pengisi bidang sesuai dengan kreasimu ! 3. Motif Banji Lengkapilah bidang-bidang kosong pada gambar pola pokok banji di bawah ini dengan ragam hias pengisi bidang
Membuat Desain Motif Tumbuhan/ Binatang
Batik ada yang bermotif tumbuhan dan binatang. Bagaimana cara membuat motif batik tersebut? Pada kesempatan ini saya akan coba menunjukkan cara membuat motif hias tumbuhan dan binatang.
Motif hias tumbuhan terdiri atas beberapa unsur, antara lain ; daun, tangkai/cabang, dan bunga. Nah untuk membuat motif-motif hias harus dilakukan stilasi. Stilasi yang dimaksud adalah menyederhanakan atau menggayakan bentuk realistis /benda (obyek) yang ada di sekeliling kita menjadi bentuk dekoratif. Berikut adalah beberapa contoh bentuk-bentuk stilasi yang mengambil obyek tumbuhan dan binatang.
PROSEDUR PEMBUATAN BATIK
Pada materi yang lalu kita telah mengenal beberapa teknik pokok batik, yaitu batik tulis dan batik cap. Batik tulis adalah batik yang dikerjakan dengan canting tulis. Batik cap adalah batik yang dikerjakan dengan teknik cap. Namun ada juga batik yang dikerjakan dengan gabungan dua teknik tersebut, yaitu gabungan teknik tulis dengan cap. Batik seperti ini disebut dengan batik kombinasi.
Banyaknya proses pengerjakan batik tergantung dari jumlah pewarnaan (celup). Batik monokrom dikerjakan dengan sekali proses (mbabar sepisan). Untuk batik dengan dua warna dikerjakan dengan dua kali proses (mbabar pindo). Sementara batik tiga warna dikerjakan dengan tiga kali proses atau disebut batik tiga negeri sebagai salah satu ciri batik pesisiran. Setiap proses pembatikan pada dasarnya mengalami proses yang sama, sebagai berikut :
A. Pemalaman
Membatik adalah pekerjaan yang saling berurutan, artinya satu langkah dapat dikerjakan jika langkah sebelumnya telah selesai dikerjakan. Setiap tahap dapat dikerjakan oleh orang yang berbeda. Sepotong mori tidak dapat dikerjakan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama untuk beberapa tahapan.
Tahapan-tahapan pemalaman dengan canting tulis adalah sebagai berikut ;
1. Membuat Kerangka
Membuat kerangk (mola), adalah membuat kerangka pola secara garis besar. Pembuatan pola dengan menggunakan pensil disebut mola. Pembuatan pola dengan pensil hanya untuk batik tulis, sedangkan untuk batik cap tidak dibutuhkan pembuatan pola dengan pensil. Hal itu karena motif hias sudah ada pada permukaan canting cap.
Pembuatan pola tanpa melalui pembuatan pola dengan pensil atau membuat pola langsung dengan menggunakan canting disebut dengan istilah ngrujak. Pekerjaan ini hanya dilakukan oleh orang yang sudah mahir (profesional). Dan hasil pekerjaan ini disebut batikan klowongan atau klowongan. Bentuk batik klowongan adalah motif pokok. Canting yang digunakan adalah canting klowongan yang memiliki cucuk ukuran sedang.
2. Ngisen-isen
Ngisen-isen adalah melengkapi pola yang masih berbetuk kerangka (klowongan) atau motif pokok dengan motif isen-isen, seperti sawut, ukel, dan sebagainya. Ngisen-iseni menggunakan canting khusus seperti canting cecekan, canting prapatan, atau canting piton. Setiap pekerjaan ngisen-iseni memiliki nama sendiri-sendiri. Pemberian nama pada pekerjaan ngisen-iseni tergantung dari jenis canting yang digunakan.
Nama jenis canting diubah menjadi kata kerja dan dijadikan nama pekerjaan, sedangkan nama hasil pekerjaan diambil dari nama canting yang digunakan. Misalnya pekerjaan nyeceki adalah pekerjaan yang menggunakan canting cecekan. Hasil pekerjaannya disebut cecekan. Pekerjaan neloni adalah pekerjaan yang menggunakan canting telon. Hasil pekerjaannya disebut neloni. Pekerjaan mrapati dilakukan dengan canting prapatan. Hasil pekerjaannya disebut prapatan. Kain batik yang telah dikerjakan gambar kerangkanya (mola) dan dilengkapi dengan isen-isennya disebut dengan nama reng-rengan.
3. Nerusi
Pekerjaan nerusi merupakan pekerjaan penyelesaian kedua. Nerusi adalah membuat pola dan isen-isen di sebaliknya kain reng-rengan. Caranya adalah batik reng-rengan dibalik, kemudian di bagian belakang tersebut dibatik dengan pola yang sama dengan batikan reng-rengan. Dengan demikian, batikan bagian muka dan belakang kain mori akan sama. Proses ini sangat penting untuk membuat fungsi lilin malam sebagai perintang warna akan menjadi sempurna karena warna antarpola tidak merembes dan bercampur.
4. Nembok
Nembok dilakukan dalam batik dengan proses beberapa kali pewarnaan. Ketika sebuah batikan tidak seluruhnya akan diberi warna karena suatu bagian akan diberi warna lain maka bagian yang tidak akan diberi warna ditutup dengan malam. Pemalaman seperti ini disebut nembok. Cara nembok seperti membatik bagian tertentu dengan canting tembokan. Pekerjaan nembok biasanya menggunakan jenis malam dengan kualitas rendah.
5. Mbliriki
Mbliriki adalah proses nerusi, namun untuk bagian-bagian tembokan. Mbliriki memiliki fungsi yang sama dengan nerusi, yaitu membuat batikan dibagian belakangmori, namun berbeda bagian. Hasil pekerjaan mbliriki disebut blirikan. Seperti nembok blirikan juga menggunakan canting tembokan dan caranya seperti nemboki.
B. Teknik dan Istilah Pewarnaan Batik
Proses selanjutnya setelah proses pembuatan pola yaitu pemberian warna. Pemberian warna ini pada tempat atau bagian kain yang terbuka sedangkan pada bagian kain yang tertutup lilin malam tidak terkena warna atau tidak berwarna. Oleh karena itu jumlah pemberian lilin malam tergantung dari jumlah warna yang digunakan.
Di dalam proses pewarnaan batik dikenal beberapa istilah. Macam-macam istilah pewarnaan tersebut, antara lain medel, celupan warna dasar, menggadung, coletan atau dulitan, dan menyoga.
1. Medel
Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain dicap klowongan dan di cap tembok atau selesai di tulis. Untuk kain sogan kerokan, medel merupakan warna pertama yang diberikan pada kain. Medel dilakukan secara celupan. Dahulu bahan yang dipakai untuk medel adalah nila dari daun indigofera (daun tom) karena cat pewarna ini mempunyai daya pewarnaan lambat sehingga celupan dilakukan berulang-ulang. Selanjutnya untuk medel dipakai zat pewarna indogo synthetis. Cara pencelupannya sama dengan indigo alam. Medel dengan zat warna naphtol cara pencelupannya lebih cepat. Hal ini karena pencelupan hanya dilakukan satu kali.
2. Celupan Warna Dasar
Teknik celupan warna dasar digunakan pada proses membatik yang tidak dilakukan pada kain mori yang masih berwarna putih. Artinya ketika proses pemalaman kain sudah diberi warna dasar. Oleh karena itu batik ini sering disebut batik berwarna.
Batik-batik berwarna seperti batik Pekalongan, batik cirebon, dan batik banyumas tidak di wedel, tetapi sebagai gantinya diberi warna yang lain, seperti warna-warna hijau, violet, merah, kuning, orange, dan warna-warna yang lain. Agar warna dasar pada pewarnaan berikutnya tidak berubah atau tidak tertindih warna lain, maka perlu ditutup dengan lilin batik. Oleh karena itu zat warna yang dipakai adalah yang mempunyai ketahanan yang baik, seperti ; indigosol, naphtol, atau indanthreen.
3. Menggadung
Menggadung adalah menyiram kain dengan larutan zat pewarna. Kain diletakkan terbuka rata di atas papan atau meja, kemudian di siram dengan larutan pewarna. Cara pewarnaan ini menghemat zat warna, tetapi hasil warnanya kurang rata sehingga larutan cat itu diratakan dengan disapu-sapu. Pewarnaan batik secara menggadung ini dikerjakan oleh para pembuat batik Pekalongan untuk memberi warna pada kain batik sarung atau batik buketan.
4. Coletan atau Dulitan
Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain batik setempat dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan di daerah yang diwarnai dengan dibatasai oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak menerobos daerah yang lain. Biasanya untuk coletan dipakai cat rapid atau indigosol. Di daerah pantai utara Jawa, seperti Gresik, pewarnaan semacam ini disebut dulitan dan kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan. Hal ini sudah dikerjakan sejak dahulu. Di daerah Pekalongan, coletan ini banyak digunakan pada batik buketan.
5. Menyoga
Menyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan Solo, menyoga merupakan pewarnaan terakhir. Dahulu warna coklat atau warna soga dibuat dari zat pewarnaan tumbuh-tumbuhan, antara lain kulit pohon soga sehingga sampai sekarang mencelup batik dengan warna ini disebut menyoga dan warna coklat pada kain b atik disebut warna soga. Warna soga dapat diperoleh dengan zat-zat warna dari tumbuhan yang disebut soga Jawa dan zat warna soga synthetis, seperti soga Ergan, soga Chroom, soga Kopel, zat warna Napthol, zat warna indigosol, atau kombinasi (campuran)dari beberapa zat warna tersebut.
Tahap pewarnaan ini tidak dapat dipisahkan dengan tahap pemalaman. Setiap tahapan diberi warna, seperti pewarnaan satu, pewarnaan dua, pewarnaan tiga dan seterusnya. Di dalam batik pewarnaan dengan satu warna dilakukan sekali proses yang disebut dengan babar sepisan (babar sekali). Pewarnaan dengan dua warna disebut babar pindo (babar dua kali), dan tiga kali pewarnaan disebut babar tiga negeri.
Pewarnaan teknik celup adalah mencelupkan seluruh bagian kain batik ke dalam larutan warna. Untuk penggunaan warna dari napthol dibutuhkan dua kali pencelupan. Celupan pertama disebut celupan napthol. Pada celupan pertama warna yang dikehendaki belum muncul. Baru pada celupan kedua warna akan muncul. Pencelupan kedua disebut penggaraman karena yang digunakan adalah zat kimia garam (RC). Celupan kedua berfungsi untuk memunculkan dan menguatkan warna yang dikehendaki.
C. Penghilangan Lilin (Pelorodan) Menghilangkan lilin (malam) pada batik dapat bersifat menghilangkan sebagian atau menghilangkan keseluruhan lilin. Menghilangkan sebagian atau setempat adalah melepas lilin pada tempat atau bagian-bagian tertentu dengan cara mengerok dengan alat sejenis pisau. Pekerjaan dengan cara mengerok ini disebut ngerok atau ngerik. Pekerjaan ini dilakukan setelah kain di wedel untuk batik sogan dari Solo atau Yogyakarta. Maksud dari pekerjaan ini ialah membuka lilin klowongan, dimana pada bekas lilin yang dikerok ini nantinya akan diberi warna soga. Penghilangan lilin secara keseluruhan dapat dilakukan pada pertengahan maupun akhir proses pembuatan kain batik Penghilanagn lilin secara keseluruhan disebut pelorodan. Pada batik Pekalongan proses ini sering dilakukan. Pelorodan yang dilakukan ditengah proses pembatikan biasanya dilakukan untuk memberikan warna lain pada jejak lilin yang dilorod. Pada bagian-bagian pola yang diinginkan, dibiarkan putih dicanting (ditutup) ditutup kembali dengan lilin. Sementara bagian lain yang akan diwarna tertentu dibiarkan tanpa ditutup lilin. Pelorodan pada akhir proses pembuatan batik disebut dengan mbabar atau ngebyok. Pelepasan dilakukan dengan menggunakan air panas. Lilin akan meleleh dalam air panas sehingga terlepas dari kain. Untuk kain dengan pewarnaan dari bahan alam, air panas diberi kanji. Sementara untuk pelorodan kain batik dengan pewarnaan dengan warna sintetis air panasnya diberi soda abu. Lilin dapat dihilangkan dengan menyeterika. Penghilangan lilin malam dengan seterika dilakukan sebagai berikut ; 1. Siapkan meja kerja dengan alas koran bekas. 2. Siapkan pula kertas koran lain dan kertas tisu. 3. Letakkan kain batik yang akan dihilangkan lilin malamnya di atas kertas koran bekas. Di atas kain diletakkan kertas tisu beberapa lembar sesuai kebutuhan. 4. Letakkan lagi (di atas tisu) selembar kertas koran. 5. Setelah seterika panas, letakkan di atas kertas koran paling atas. Gosok-gosokkan seterika beberapa saat. 6. Angkat kertas koran paling atas dan kertas tisu. Dengan pemanasab seterika tersebut, lilin malam akan meleleh dan menempel pada kertas tisu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar